Minggu, 10 Oktober 2010

BEBERAPA MODEL TELAAH/KAJIAN SASTRA

Telaah atau kajian sastra dimaksudkan sebagai upaya untuk mengetahui dan memahami apa yang ada di dalam karya sastra dan mengapa begitu. Ketika membaca suatu karya sastra diharapkan pembaca tidak hanya sampai pada sekadar tahu ceritanya melainkan harus sampai pula pada “nilai-nilai” apa yang dapat diperoleh dari karya sastra tersebut dan dapat menerima “keindahan” dan “daya tarik” setiap karya sastra yang dibacanya itu.
Berdasarkan objek telaahnya, telaah/kajian sastra dapat dibedakan atas:
a. Unsur Instrinsik
Kajian yang sasarannya berupa unsur-unsur pembangun karya sastra dari dalam. Arah kajian ini ialah pada keberadaan karya sastra sebagai struktur verbal otonom atau objek yang mandiri atau dunia yang lengkap dan selesai dalam dirinya sendiri (self object; world-in-itself). Telaah ini disebut juga kajian objektif.
b. Unsur Ekstrinsik
Kajian yang sasarannya berupa unsur-unsur pembangun karya sastra dari luar. Arah kajian ini dapat pada:
1) keberadaan karya sastra sebagai imitasi, refleksi dunia atau kehidupan manusia (sisebut kajian mimesis)
2) sebagai sesuatu yang dibangun untuk mencapai efek tertentu pada pembaca, baik estetis maupun etis (disebut kajian pragmatik)
3) sebagai produk imajinasi pengarang yang berpangkal pada persepsi, cipta, rasa, dan karsanya (disebut kajian ekspresif)
Berdasarkan pendekatannya, kajian sastra dapat dibedakan atas:
a. Kajian Historis-Biografis
Telaah ini berangkat dari anggapan bahwa karya sastra merupakan refleksi dari kehidupan dan zaman yang dialami pengarang. Atas dasar itu, kajian ini lebih diarahkan pada adanya kesesuaian atau tidak—atau seberapa banyak kejadian atau peristiwa-peristiwa tertentu ada atau mempengaruhi suatu karya sastra.
b. Kajian Moral-Filosofis
Kajian ini berpangkal dari dasar pikiran bahwa karya sastra itu merupakan media menyampaikan nilai-nilai, ajaran-ajaran religi maupun falsafah. Dengan demikian, arah telaah ini lebih ditujukan kepada upaya menemukan nilai-nilai moral atau pendidikan yang terdapat di dalam suatu karya sastra.
c. Kajian Formalitas
Telaah ini berangkat dari dasar pikiran bahwa karya sastra itu terdiri dari bentuk dan isi. Yang dimaksud dengan bentuk ialah semua unsur yang dimanfaatkan untuk menyampaikan isi. Sementara itu yang dimaksud dengan isi ialah segala hal yang terdapat di dalam bentuk.
Bertolak dari pikiran itu, sasaraan telaah lebih ditujukan kepada bagaimana bentuk karya sastra yang ditelaah tersebut dan apa yang hendak disampaikan oleh karya sastra bersangkutan.
d. Kajian Strukturalisme
Telaah ini berangkat dari dasar pendapat bahwa karya sastra itu merupakan sebuah sistem. Setiap unsur pembangun karya sastra itu berkait dengan unsur lain. Masing-masing unsur hanya bermakna dalam keterkaitannya dengan unsur lain.
Dengan dasar itu, arah telaah ini ditujukan untuk melihat bagaimana keterkaitan atau jalinan antarunsur pembangun karya sastra yang ditelaah tersebut.
e. Kajian Semiotis
Telaah ini berangkat dari dasar pikiran bahwa sastra itu merupakan salah satu sistem tanda yang bermakna yang menggunakan medium bahasa. Sementara itu bahasa sendiri sebenarnya juga mempunyai sistem tanda yang bermakna.
Oleh karena itu, maka sastra dikatakan sebagai sistem tanda sekunder sedangkan bahasa sebagai sistem tanda primer. Dalam memahami sastra dengan pendekatan semiotik, hal yang harus diperhatikan adalah bahwa arti yang dapat diungkapkan dari sastra bukan semata-mata datang dari konvensi sastra, tetapi untuk memahami sastra pembaca harus memahami kode bahasa, kode sastra, dan kode budaya.
f. Kajian Sosiologis
Telaah ini berangkat dari dasar pikiran bahwa ada keterkaitan antara sastra dan masyarakat. Atas dasar itu, kajian sosiologis biasanya lebih diarahkan kepada (misal) sejauh mana sastra mencerminkan kehidupan masyarakat pada saat karya sastra itu muncul, apa fungsi karya sastra itu bagi masyarakat, dan bagaimana dampak karya sastra itu bagi masyarakat pembacanya.
g. Kajian Resepsi Estetika
Telaah ini berangkat dari dasar pikiran bahwa yang menentukan makna karya sastra itu adalah pembaca. Respon pembaca sangat ditentukan oleh pengetahuannya mengenai sastra, latar belakang pendidikannya, budayanya, keyakinannya, dan sebagainya. Dengan demikian, maka hasil kajian seseorang terhadap suatu karya sastra dapat berubah-ubah. Jadi, berdasarkan pendekatan ini sebuah teks tidak memiliki arti objektif.
h. Kajian Psikologis
Telaah/kajian ini memiliki 4 kemungkinan:
1) studi psikologi pengarang sebagai tipe atau sebagai pribadi
2) studi proses kreatif
3) studi tipe dan hukum-hukum psikologi yang diterapkan pada karya sastra
4) studi dampak karya sastra pada pembaca (psikologi pembaca)

2 komentar:

  1. permisi... studi proses kreatif dalam kajian psikologis; bagaimana menimbulkan kreatifitas?? terima kasih by: Ratih Semester IIID

    BalasHapus
  2. dengan banyak membaca...
    kreatifitas tidak lantas jatuh begitu sj dr langit...!
    stimulus ampuh adl dg cr byk membaca (buku, alam sekitarmu, karakter manusia, intinya seluruh jagad beserta isinya jk perlu), diskusi, kemudian tulis hasil bacaan yg tlh dibaca tsb.....
    cobalah... saya pernah membuktikannya dan akan selalu berusaha membuktikannya.

    BalasHapus